Total Tayangan Halaman

Jumat, 13 Juni 2025

Sebelum Menyusuri Jalan Bersama

 



Dulu, aku pernah memilih diam di sebuah tempat yang kupikir akan menjadi rumah
Aku menetap dengan harapan, merawat cinta dengan ketulusan
Tapi tak kusangka, pondasinya belum kuat
Bukan karena aku tak cukup baik, bukan karena aku tak layak dicintai,
tapi karena dia sedang menyelamatkan dirinya, -itu katanya 
Dia memilih hening, berjalan tanpa arah dan waktu yang jelas
Bukan ingin menyakitiku, 
tapi karena merasa belum mampu, bahkan untuk membahagiakan dirinya sendiri, -itu ucapnya

Enam tahun...
menanti dalam ruang hampa, semu dan penuh pertanyaan
ulahku sendiri memang
mencoba meredam komunikasi
Dua tahun...
dalam senyap, diantara kesedihan yang tak berkesudahan,
pelan-pelan belajar melepaskan
pelan-pelan mengobati luka
pelan-pelan bertumbuh dalam ikhlas
menyapu air mata, 
menerima rasa marah, 
memahami kehampaan, 
dan belajar memaafkan.

seiring waktu berlalu,
berusaha untuk pulih
sampai akhirnya Allah yang memilih.
Allah hadirkan seseorang yang tak pernah kuhiraukan sebelumnya,
seakan selama ini Allah memberiku waktu, sampai aku siap untuk dipertemukan. 

proses penyembuhan membawaku pada pertemuan ini
dia tidak datang dengan gemuruh, tapi dengan tenang.
dia tidak sempurna, tapi nyata
Dan untuk pertama kalinya, aku merasa ingin melangkah, 
bukan karena ingin melupakan masa lalu, 
tapi karena ingin melangkah menuju masa depan.

Setahun berjalan,
dan aku mulai meyakinkan diri: "dialah orangnya".
Tapi Allah, dengan cara-Nya yang penuh rahasia, kembali menguji.
Kali ini bukan soal hati, tapi soal hidup yang nyata 
fnansial, tekanan, dan luka yang membeku lama dalam keluarganya.
semula terlihat tenang, tapi ternyata riuh dalamnya
Aku melihat betapa beratnya ia menanggung, 
bahkan hampir menyerah karena merasa tak bersalah namun ikut terkena dampak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.